Rabu, 29 Februari 2012

BECAUSE OF YOU....EMAK!

“ emak, Fatimah pengen kuliah”
“jangan mimpi kamu!”, sahut emak ketus, “ kita mau makan saja susah, apa lagi mau nerusin kuliah, uang darimana nduk?”
“ tapi mak?”, selaku
“ sudah kamu jangan ngayal, kamu sudah bisa lulus SMA itu sudah beruntung nduk,” tegas emak.
Aku cuma bisa terdiam mendengar kata2 emak, tak ku balas sepatah katapun. Saat ini aku tinggal sama emak dan adik bungsuku, Rahmawati. Kami sudah 3 tahun ditinggal bapak meninggal. Bapak meninggal akibat tabrak lari. Semenjak di tinggal bapak hidup kami serba kekurangan, cuma elak saat ini yang menjadi tulang punggung keluarga. Syukur alhamdulillah walaupun hanya sebagai buruh cuci, emak bisa menghidupi kedua anaknya. Saat ini begitu berartinya kehadiran seorang bapak yang bisa membuat emak bahagia. Sempat aku pinta emak untuk menikah lagi, tapi dengan sentak emak menolaknya. Aku sungguh kasihan dengan emak, setiap hari harus membanting tulang untuk aku dan Rahmawati. Tapi apa daya, akupun juga belum bisa membuat emak bahagia. Aku justru sering membuat emak susah. Ingin rasanya saat ini mengeluarkan emak dari jeruji kepedihan ini.
Ditengah malam nan sunyi, ditemani suara jangkrik yang berkerik, sejenak aku berpikir, sekali lagi bagaimana caranya aku bisa membahagiakan emak, aku terlalu sering membuat emak susah. Dan saatnya aku membalas semua jasa emak. Tapi mungkin jika aku berharap bisa kuliah itu justru membuat emak semakin sedih, dan yang jelas akan membuat emak susah. Dan lagi-lagi susah. Mungkin benar apa kata emak, aku bisa kuliah tapi itu hanya mimpi. Tapi apa salah jika aku tetap mempetahankan impianku menjadi seorang sarjana. Yang nantinya bisa mengangkat derajat emak.
***
Saat ini adalah hari yang sangat menegangkan. Aku harus mengeluarkan semua isi otakku yang sempat aku isi dan kububuhi dengan pengetahuan-pengetahuan selama 3 tahun ini. Yaa, UAN. Setiap detik, menit, hingga berjam-jam kukerahkan semua tenaga dan pikiranku untuk berjuang. Semua ini demi emak. Aku tidak ingin membuat sedih sedikitpun. Walau aku harus bersusah payah. Begadang setiap malam untuk memutar apa yang telah aku peroleh 3 tahun silam.
Setelah 4 hari berjuang untuk menetukan perjuanganku selama 3 tahun memakan bangku sekolah. Sejenak aku memikirkan jalan hidup yang hendak ku ambil, entah kerja atau kuliah. Tapi tak cukup sekali, dua kali, bahkan berkali-kali aku memikirkannya.
***

Pagi itu salah satu guruku mengumumkan kalau saat ini pemerintah membuka jalur pendaftaran mahasiswa secara gratis di seluruh PTNdi Indonesia. Sebuah berita bagus, gak sabar rasanya ingin memberitahu emak, kali aja emak mengijinkanku untuk melanjutkan sekolah.
Sesampainya dirumah,
“ emaaaaak,”..teriakku seiring membuka pintu rumah.
Tapi tak ada sahutan. Entah emak kemana. Tak ada seorang pun dirumah.
Seusai makan malam bersama emak dan adik bungsuku. Seperti biasa kami selalu berbagi cerita, berbagi kebahagiaan bahkan kesedihan. Memijit kaki emak kini sudah menjadi rutinitasku sehari-hari. Karena aku tahu emak begitu kelelahan ketika pulang dari kerja. Seiring aku mengurut kaki emak yang begitu keras karena setiap hari harus mengangkat beban berat.
“emak” ujarku.
“ apa nduk?” tanya emak.
“ada informasi bagus mak, pemerintah saat ini membuka pendaftaran mahasiswa secara gratis, khusus untuk rakyat yang kurang mampu. Mak kira-kira aku boleh kuliah gak?, pinta ku dengan sedikit memelas.
“ oalah nduk2, mana ada toh hari ini yang gratis2. Iya awalnya ngomong gratis, nanti kalo tiba2 bayar gimana?, emak gak punya biaya nduk?, tegas emak.
“ kamu juga tau kan nduk keadaan emak sekarang?” lanjutnya,
“ jangan khawatir mak, nanti aku kuliah trus cari kerja buat bantu emak,” aku berusaha meyakinkan emak.
“ terserah kamu lah nduk,”
Emak sepertinya kurang setuju dengan keinginanku untuk melanjutkan sekolah. Berkali2 emak memintaku untuk kerja , ikut tetanggaku kerja di salah satu pabrik rokok di Surabaya, tapi aku menolaknya. Mungkin aku terlalu jahat sama emak, bukan maksudku untuk mengecewakan emak, tapi aku berusaha untuk membahagiakan emak, setidaknya bukan menjadi seorang buruh. Hanya itu maksudku emak, semoga emak mengerti.
Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti seleksi ini. Ku layangkan berkas2ku dibubuhi materai Rp.6000.-. Ada sesuatu yang membuatku terkejut ternyata pesaingnya bukan hanya seratus dua ratus orang saja bahkan hingga beribu2 orang. Tapi ku tak kan menyerah, ku kumpulkan semua tekadku walau sempat pesimis. Dengan niat dan do’a dari emak aku yakin aku bisa.
***
Berhari hari, hingga berbulan bulan aku menunggu dan ternyata tak ada kabar, entah diterima atau tidak kini hanya menjadi harapan kosong. Hingga nilai UAN pun keluar, tapi tak kunjung ada kabar. Syukur alhamdulillah, nilai UANku hampir mendekati sempurna. Setidaknya aku bisa membuat emak tersenyum. Tapi entah kenapa semakin aku mengharap untuk bisa kuliah, semakin emak mendesakku untuk ikut kerja. Akhirnya aku putuskan untuk menuruti pinta emak. Aku berangkat ke Surabaya seminggu setelah pengumunan dan meninggalkan emak dan adikku di rumah. Walau berat rasanya meninggalkan mereka, tapi semua ini demi emak. Apapun kan kulakukan demi emak.
Hari-hari yang kujalani penuh dengan kenestapaan. Di Surabaya ini tak ada satupun yang aku kenal, hanya mbak Tinah-lah yang selalu menemaniku. Itupun ketika larut malam, karena aku dan mbak Tinah harus kerja di tempat yang berbeda. Hari demi hari, hingga 1 bulan penuh. Akhirnya aku bisa mengirim gaji pertamaku untuk emak di kampung. Seneng rasanya.
“ Ya Allah, ini gaji pertamaku. Semoga emak seneng?” terangku dalam hati.
***
2 bulan kemudian, salah satu temanku memberitahuku ternyata aku diterima seleksi dan mendapat beasiswa. Tanpa berpikir panjang, aku segera menuju warnet terdekat dan melihat pengumumanya dengan mata dan kepalaku sendiri. Dan ternyata benar, tertulis dengan huruf besar2 yang membuat mataku enggan jemu mengalihkan pandanganku.
“ SELAMAT KEPADA SITI FATIMAH AZ-ZAHRA, ANDA DITERIMA SEBAGAI MAHASISWA S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN AJARAN 2011/2012”
Perasaaan gembira, haru bercampur dalam tangis. Seketika aku langsung sujud syukur, dan kukabari emak dan adikku dikampung. Begitu bahagianya emak mendengar berita ini.
“semoga ini awal dari kesuksesan yang hendak ingin ku capai ya Rabb”, batinku.
Dengan restu emak, akhirnya kutinggalkan pekerjaan ini sebagai pengelinting rokok yang setiap hari harus berkecimpung dengan yang namanya tembakau. Meskipun aku tahu itu tidak baik untuk kesehatan. Walhasil, alhamdulillah berkat perjuanganku dan juga do’a emak aku bisa melepaskan diri sebagai seorang pengelinting rokok.
Kujalani hari-hariku penuh dengan makna. Tak lelah aku untuk mengembara menacari ilmu dikampus. Tak kenal hujan, panas ku langkahkan kakiku untuk menimba ilmu. Di sini, di kampusku, kusempatkan diriku untuk menambah wawasan seluas mungkin. Sempat ada tawaran pekerjaan sebagai tentor untuk anak SD. Tanpa pikir panjang kuambil tawaran itu. Dengan tekun dan ulet kujalani tugasku sebaik mungkin. Walaupun sempat ada rintangan, tapi semua kuhadapi dengan baik, semua ini demi emak. Meskipun kini aku menjadi seorang mahasiswa tapi tak kulupakan tanggunganku untuk tetap mengirim uang untuk emak. Bahkan menjadi penjaga rental-pun ku lakoni demi rupiah untuk hidupku di sini. Menjadi jasa translation-pun pernah ku jajali. Bahkan menjadi seorang cerpenis, dan alhamdulillah kini menjadi seorang cerpenis menjadi pekerjaan tetapku. Banyak media massa yang membutuhkan tulisan-tulisanku . Rasa capekpun tak kuhiraukan. Walaupun kuliahku sempat keteteran. Itu semata untuk membahagiakan emak.
Mungkin karena aku terlalu terobsesi untuk bisa membahgiakan emak, aku sempat melupakan urusanku sendiri. Sampai-sampai aku tak mengenal apa itu cinta. Hingga akhirnya temanku menyadarkanku akan hal itu.
“ fatimah, kita sekarang sudah semester 7, pernah gak sih kamu kepikiran buat mikir masa depan kamu? Yaa kamu tau kan maksudku apa?” tanya Nadia.
Nadia adalah sahabat baikku, dia selalu setia kemapun aku pergi, dia selalu ada disaat aku membutuhkanya. Dia baik banget orangnya.
“ hehe, gimana ya Nad?, belum dikasih kali Nad”. Jawabku sambil cengar cengir.
“ kamu nih kebiasaan deh kalo diajak serius mesti ngeledek terus. Sekali-kali kek mikir cowok gtu, jangan akademik mulu.” Ujar Nadia dengan sedikit kecewa.
“ iya sih, hemm gampanglah soal itu”. Jawabku singkat.
“gak segampang itu kalii, eh fat gimana tuh sama si Ahmad, hhe?” ledeknya.
“ hiii apaan sih Nad, tau lah Nad semua indah pada waktunya, ya kan?” terangku.
Aku sudah mengenal Ahmad 2 tahun yang lalu. Dia juga sempat menyatakan cintanya. Tapi aku menolak. Semua ini kulakukan demi emak. Bahkan dia pernah berjanji akan menungguku hingga aku siap. Aku pilu. Aku binggung. Walaupun dalam hati kecilku tak sedikitpun rasa untuk mengabaikan Ahmad. Tapi aku yakin semua ini sudah ada yang mengatur.
***
Hingga tak terasa 4 tahun sudah kulalui, kini aku lulus mendapat gelar seorang sarjana. Sungguh tak terbayang perjuanganku selama ini terbayar sudah. Dan akhirnya aku juga lulus tes PNS, kini aku menjadi guru bahasa Inggris disalah satu SMA favorit di Malang. Kini emak yang sudah tua, ku pinta berhenti bekerja sebagai buruh cuci. Kucukupi semua kebutuhan emak, apapun yang emak minta akan ku turuti selagi aku mampu. Alhamdulillah, akhirnya aku juga bisa mewujudkan impian emak, emak bisa naik haji. Sedangkan adik bungsuku Rahmawati, kini sedang melanjutkan sekolahnya di luar negeri, dia sangat beruntung mendapat beasiswa kuliah di University of Melbourne, salah satu universitas terkenal di Australia.
Kini emakpun bahagia, begitupun aku dan adik bungsuku. Tak henti2nya kuucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas semua yang telah diberikan kepadaku, emak, dan Fatimah.
Untuk soal cinta, Alhamdulillah kemaren Ahmad sudah meminangku, insya Allah bulan depan kami menikah. Memang benar, semua indah pada waktunya. Untuk mencapai kesuksesan selalu dibutuhkan perjuangan. Tak mudah memang. Tapi semua bisa terwujud bila disertai niatdan yang tak kalah penting do’a seorang Ibu.
Mom, you are my everything. Without you maybe I cannot be like now. Thanks for your effort that you have done for me. Thanks for your support. I love you mom.
“Aku sayang emak”
Anakmu,
Siti Fatimah Az-Zahra
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar