Senin, 05 Maret 2012

Bukan Romeo Juliet Biasa

Message from :Kak Reno
11.12.2011 08.39 AM
“Nad, apa kabarmu di sana?, Kak Reno begitu merindukanmu. Maaf kakak masih sibuk skripsi jadi jarang menghubungi kamu. Insya Allah 2 minggu lagi kakak wisuda. Kamu sudah siap kan datang ke Jakarta buat nemeni kakak ? Aku tunggu ya? Love u Nadia”
4 tahun menjalani hubungan long distance relationship, mengajarkanku arti kesetiaan. Kesetiaan akan sebuah janji untuk menjaga sebuah cinta. Kesetiaan untuk mempertahankan sebuah komitmen yang telah dibuat bersama. Selangkah lagi aku dan kak Reno akan menikmati hasil pengorbanan kita berdua setelah bertahun tahun dipisahkan oleh jarak dan waktu. Kak Reno sempat berjanji akan meminangku setelah lulus nanti. Kini semua itu akan semakin cepat terwujud setelah kak reno kembali ke sini.
Segala sesuatu sudah ku persiapkan untuk wisuda kak Reno, mulai dari baju, tiket pesawat, dan keperluan yang sekiranya aku butuhkan saat di Jakarta nanti. Jakarta oh Jakarta, akhirnya aku bisa menginjakkan kakiku disana. Demi keseriusanku ke kak Reno akan aku lakuin walaupun harus meninggalkan Surabaya tercinta.
***
Sebelum kak Reno melanjutkan studynya di salah satu universitas terkenal di Jakarta, kak Reno sempat mengajakku keliling Surabaya. Menikmati panasnya kota pahlawan, dengan padatnya kendaraan yang memenuhi jalan. Ingin rasanya jika kak reno pulang nanti, mengulang masa2 indah bersamanya. 4 tahun, bukan waktu yang singkat disaat kita harus dipisahkan dengan orang yang kita cintai. Kini aku sangat merindukan hari-hari indah yang ingin kuulangi lagi bersama kak Reno.
***
Tiba2 ponselku berbunyi, nampaknya pesan dari kak Reno, dan ternyata benar.
“Nadia yang ku cinta, besok kita akan bertemu. Tak sabar rasanya aku ingin meminangmu duhai kekasihku,.Gimana, besok sudah siap kan? disini aku sudah siap menunggu kedatanganmu?”
Pesan yang membuat hatiku sangat berbunga bunga, seolah mentari terhenti sejenak dari pergerakannya dan memberiku senyum semangat untukku. Tak lama lagi, kuraih jari2ku untuk mengetik huruf demi huruf hingga menjadi satu rangkaian kata bahwa aku juga siap menyambut cinta kak Reno. Saat ini tiket sudah ditangan, tinggal menunggu malam berganti siang untuk menemui pujaan hatiku, kak Reno.
***
Pagi itu kukemas semua semangatku untuk bertemu kak Reno. Saat2 yang paling kunanti selama ini. Saat perjalanan, aku sangat menikmati perjalananku waktu itu sampai2 tertidur. Tanpa kusadari ternyata ibunda kak Reno mengirim sms, yang baru ku ketahui ternyata sudah satu jam yang lalu.
Message from : kak Reno’s mother
25.12.2011 10.14 AM
“Nadia, nanti kalo sudah sampai di JKT, tolong langsung menuju ke RS Budi Utomo ya, dekat kampusnya kak Reno.”
Dalam benakku tersimpan sejuta tanya, apa maksud ibunda kak Reno? apa yang sedang terjadi sama kak Reno? Apa kak Reno sakit?.Pikiranku yang tak karu-karuan, campur aduk. Bingung, khawatir, takut, gelisah, penasaran, entah apa yang sedang aku rasakan, aku gak tau. Dalam pikiranku cuma kak Reno, kak Reno dan kak Reno.
***
Setelah mencari kesana kemari rumah sakit, akhirnya sampai di RS dimana ibunda kak Reno memintaku kesana. Kutemui Ibunda dan ayah kak Reno yang penuh isak tangis. Hatiku semakin bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi?
“Ibuu, kak Reno kenapa bu?” Tanyaku penuh penasaran.
“Nadia, Reno kecelakaan, nak,,”terang ibu
“Dia, dia ditabrak motor saat dia mau melintas ke kampusnya, sekarang dia sedang koma nad,” lanjutnya.
“Gedebuukkk,,”, aku pun pingsan tak sadarkan diri. Aku gak tau apa yang terjadi saat itu. Tiba-tiba aku sudah tergeletak di atas kursi.
“Nad, bolehkah aku minta satu permintaan sebelum Reno menghembuskan nafas terakhirnya?”, pinta ayah kak Reno.
“Kenapa ayah ngmong seperti itu?” tanyaku.
“Kamu cinta Reno kan nak?, kamu sayang kan sama dia?, tolong ijinkan dia memenuhi janjinya, untuk meminangmu seusai skripsi, dan sekarang dia sudah menyelesaikan skripsinya, apakah kamu siap nak?”
Tanpa berpikir terlalu lama, akupun mengiyakan pinta ayah kak Reno untuk menikahiku. Apapun akan aku lakuin asal aku bisa membuat orang yang kucintai bahagia.
Akad nikah pun berlangsung, seusai kak Reno mengucapkan janji sakral bahwa aku telah halal menjadi istrinya, seketika itulah dia menghembuskan nafas terakhirnya. Tak pernah aku duga akan secepat ini aku akan kehilangan kak Reno.
“Semoga, kau bahagia disana kak, aku akan menunaikan kewajibanku untuk selalu menjadi istri yang baik untukmu, aku akan selalu mencintamu kak, hingga kelak aku menyusulmu di Surga.”
2 tahun setelah Reno meninggal.
Nadia yang di kenal sebagai sosok yang sabar dan penyayang itu akhirnya harus menjemput cinta Reno. Dia mengidap penyakit kanker akut yang tak bisa disembuhkan lagi, karena keadaan yang tak memungkinkan dia untuk berlama-lama di dunia dan akhirnya diapun berlabuh pada keabadian cinta mereka di surga. Sungguh cinta mereka cinta yang tulus, cinta sejati yang takkan terpisahkan walau ajal menjemput. Cerita cinta mereka bukanlah cerita cinta Romeo Juliet biasa.

Sosok Di Persimpangan Jalan (Kisah Pengagum Bodoh)

Aku baru menyadari kalau diriku ini bodoh. Sekian lamanya aku menjadi pengagum setianya. Sekian lama juga dia sudah tak menghiraukan aku. Tapi bodohnya aku masih saja mengharap layaknya menjadi cate wilton bagi pangeran william. Hemm terlalu menghayal memang. Aku bingung. Rasanya seperti terhipnotis. Entahlah. Dari sisi mana aku bisa menjadi pengagumnya seperti ini.
Berawal dari pertemuan singkat di persimpangan ambarawa. Sore itu, aku yang nampak malu-malu menunduk rendah menatap wajah tampannya. Oh pangeran berblazer hitam. Nampaknya pesonamu berhasil menarik hati kelam ini. Walaupun tanpa tegur sapa dan hanya melempar senyuman kecil. Tapi hati kita serasa memberi pertanda sebenarnya kita saling mengenal. Lebih dari sekedar mengenal biasa. Ya, memang sebenarnya aku mengenalnya. Dia adalah pangeran berblazer hitam yang kukenal jauh sebelum pertemuan singkat ini.
Sampai suatu saat Tuhan mempertemukan kita lagi. Malam itu,dia bersama temannya berjalan menuju arah yang berbeda. Lagi-lagi tanpa tegur sapa. Entah aku menyadari betapa bodohnya aku waktu itu. Bodohnya lagi aku justru menyapanya lewat sms. Sampai akhirnya dia bilang, “lain kali kalau ketemu tlg sapa duluan. Aku kan gak tau”. Bodoh kan?
Hingga akhirnya kita berpapasan di persimpangan jalan, dimana kita bertemu di sore itu. Kali ini aku dulu yang menyapanya. Tanpa ragu lagi diapun juga menyapaku dengan mantabnya. Aduhai lagi-lagi pangeran berblazer hitam membuat bertekuk lutut di hadapanya.
Tapi entah kali ini aku kecewa. Mungkin aku terlalu berlebihan ketika aku menunjukan kekagumanku kepada pangeran berbalzer hitam. Nampaknya dia tahu. Ah sial. Bodoh memang. Padahal berharap dia tidak tahu menahu soal ini. Sedih banget waktu itu. Sampai akhirnya lambat laun dia jarang menghubungiku. Smspun tidak pernah. Apa lagi bertemu.
Setelah sekian lama tanpa kabar. Pagi itu kami dipertemukan lagi di persimpangan jalan. Lagi-lagi tanpa tegur sapa. Aku baru sadar waktu itu, ternyata dia berjalan persis dibelakangku. Ya Tuhan pertemuan ini benar-benar singkat. Kasian sekali aku waktu itu.
Sudahlah. Aku ini hanya sekedar seorang pengagum. Pengagum bodoh lebih tepatnya. Sampai akhirnya pada suatu malam aku tak sengaja melintas didepan kosnya. Lagi-lagi hanya melempar senyum.
“Wahai pangeran berblazer hitam tak pantas memang dirimu punya pengagum bodoh seperti aku.”

Kawan, ada apa denganmu?c

Kamu berubah. Kamu bukan sosok yang pernah ku kenal malu-malu di sudut kampus dulu. Dulu kamu yang suka mengirimiku sms-sms penyemangat hidup, tapi justru sekarang kamu sendiri yang sepertinya tidak punya semangat hidup. Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku wahai kawan. Aku tak ingin kau larut dalam ketidakjelasan seperti ini. Apakah aku ini punya sejuta kesalahan?. Sampai kapan kamu akan mengacuhkanku seperti ini?. Sungguh tidak enak rasanya.
Entah apa yang kamu sembunyikan dari bening dua bola matamu. Dari setiap labil tawamu. Sedih dan dukamu. Jelas aku ingin tahu. Egois memang diriku jika memaksaku untuk tahu segalanya tentang dirimu. Tapi aku hanya ingin memberi yang terbaik untuk dirimu kawan. Tak ada niat sedikitpun untuk membuatmu bersedih. Apalagi membuatmu kecewa.
Lambat laun semua ini memang akan terungkap. Entah apa yang akan terjadi aku tak tahu. Jika memang kamu ingin menjauh dariku. Tak apa. Akupun juga tak berhak memaksamu datang maupun pergi dari kehidupanku.
Wahai sosok yang sering memberiku semangat
Apa yang sebenarnya terjadi dengan dirimu?
Apa aku ini punya salah dengan mu?
Katakan!
Apapun jawabanmu pasti kan ku dengar
Jika aku salah
Maafkan aku
Tak apa kau marah
Tak apa kau muak dengan ku
Asal jangan kau diamkan aku seperti ini
Wahai sosok yang sedikit pemalu
Katakan padaku!
Katakanlah!
Sekian lamanya kita berteman, kau ku kenal sebagai sosok yang baik. Kebaikanmu yang kau berikan tak terhitung memang. Dari situlah orang menyadari bahwa kamu memang layak di jadikan sahabat. Ya, sahabat. Sahabat yang tak pernah mengeluh. Tapi itu dulu. Bukan sekarang. Kamu yang sekarang sedikit-sedikit mengeluh. Entah kenapa sebenarnya aku mulai sedikit kecewa denganmu. Kamu yang biasa sering melempar senyum malu-malumu saat kita berpapasan di jalan. Tapi kini tak pernah ku temui sosok yang seperti itu. Kamu justru sering menghindar. Menjauh tak jelas. Bahkan kamu tak pernah membalas smsku. Berjuta-juta alasan kau ungkap. Apa kita masih pantas di sebut sahabat?
Ya, kalaupun kamu menemukan sosok teman yang lebih baik dariku. Tak apa. Tapi jangan kamu lupakan semua ini begitu saja. Begitu lamanya kita berteman membangun sebuah persahabatan tapi hanya dihargai dengan ketidakjelasan seperti ini. Sedih. Kecewa itu pasti. Jika memang ada yang tidak kamu suka dariku. Ngomonglah. Apa sih susahnya ngomong?. Mengertilah kawan. Aku melakukan semua ini karena aku tidak ingin kehilanganmu. Seperti ku kehilangan mereka-mereka yang dulu. Aku cuma ingin kamu menerima diriku apa adanya. Aku memang seperti ini. Inilah adanya diriku.
Kawan, katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?. Sadar tidak sebenarnya kau begitu berarti bagiku?. Sadar tidak jika dirimu sudah membuat beribu-ribu pertanyaan?. Sadar tidak aku mengkhawatirkanmu?. Tapi, jika kamu memang benar-benar tak membutuhkan kehadiranku lagi. Ya sudah. Buat apa aku memaksamu. Percuma kan?. Ya, mungkin saja kamu bosan denganku. Entahlah aku juga tak tahu. Yang pasti aku selalu ada untukmu kawan. Mengertilah.

Hey, LUNATICS!

Malang,
March, 4th 2012

22:57 pm

Dear,
Epi, Ecik, Nyak
Lewat tulisan ini aku ingin mencurahkan sedikit perasaanku tentang kalian lewat. Awalnya sih sebenernya aku bingung apa arti lunatic itu sendiri. Wowww pas aku liat di kamus, artine sesuatu banget. Hha.
Sebelumnya makasih banget buat semuanya. Entah bagaimana caranya aku mengungkapkan ucapan terima kasihku ini. Aku bingung. Terlalu indah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Aku mulai menyadari tanpa kalian disisiku entahlah apa artinya diriku ini. Setelah hampir setahun ini aku mengais suka duka bersama kalian, begitu banyak “sesuatu” yang tidak aku dapatkan sebelumnya. Seneng bareng2. Sedih bareng2. Susah bareng2. Gila bareng2. Ketawa bareng2. Geje bareng2. Bahkan tidur juga bareng2(kalau sempet). Semua itu “sesuatu” banget buatku. Meskipun awalnya aku ragu untuk masuk ke dalam kehidupan kalian. Tapi, semua keraguanku tergantikan sudah setelah ku kenali diri kalian masing2. Kalau buat ndul sedikit banyak aku sudah taulah seperti apa dia, begitupun buat nyak dan ecik lama2 aku juga tau sosok kalian. Pokoknya kalian itu sesuatu banget. Kalian punya karakter kalian masing2. Dan aku suka itu. Inginku kita bisa menerima kekurangan dan kelebihan kita masing2. Semoga kalian juga berpikir seperti itu.
Yah semoga sampe kapanpun kita tetep jadi “loonatic”. Lunatic po loonatic?*sembarang wes*. Loonatic dengan sejuta keabsurdan yang ada didalamnya. Itu sih secuil harapanku, semoga kalian juga punya harapan yang sama pastinya. Eniwei baswei, semisal ada “sesuatu” yang kurang mengenakan hati diantara kita, inginku tanpa malu2 kita langsung ceritakan. Jangan dipendam sendiri (ngkuk iso cukul malakan). Ya kalaupun bisa jangan ada yang ditutup2i. Jangan ada dusta di antara kita seperti kata broery. Tapi kalaupun itu memang tidak layak untuk diceritakan, ya gak perlu. Cukup kalian dan Allah saja yang tau. Araso? 
Buat semuanya. Aku minta maaf ya kalaupun aku punya salah. Mungkin ada kata2ku yang membuat kalian tersinggung. Marah. Dll. Harap dimaklumi. Kesalahan itu pasti ada. Entah disengaja atau enggak. Sekali lagi aku minta maaf.
Aku berharap, kalian bukan hanya menjadi teman biasa. Yang kemana-mana selalu bareng. Ngalor ngidul gak jelas. Bukan itu mauku. Aku ingin kalian menjadi yang lain dari yang lain dan berbeda dari yang lain, pokok.e lain wes. Aku ingin persahabatan ini kalau bisa sampek tua nanti. Sampek punya anak cucu sekalian. Hhe.(mikir jangka panjang). Yah intinya, marilah kita rawat persahabatan ini dengan baik, jangan lupa disiram, dipupuk, dikasih makan supaya tumbuh dan mengahasilkan “sesuatu” yang baik pula.*aku dw gak ngerti opo iki*
Yo pokok.e ingatlah yang paling boncel sendiri iku aku, upit. Karena aku kekurangan vitamin K(kurang tinggi) jadi aku boncel gini. Tapi paling imut diantara kalian. Yang agak tinggian lagi itu ekik sama epi. Kalau ekik itu kurus, keceng, rata dan rada2 kering seperti orang kekurangan makan.*ngakak*. Dan yang agak gemukan dari ecik itu epi. Gadis belia baru gede yang suka ngentut.an. Sukanya ngupil dibawah pohon ceri. Dan yang paling tinggi itu nyak. Kalau nyak itu cocoknya gabung sama personilnya cerybele. Kalo gak gitu jadi kembarannya Angel yang pernah tayang di trans tv dulu. Pas banget. Pas kena hati.(????)
Ya itulah sodara2 sekilas tentang uneg-unegku. Geje memang. Gak penting. Absurd. Jangan dihiraukan. Jangan ditiru. Jangan dimasukkan kedalam saku. Anggap saja kalian baca surat dari ibu2 penjual bakso ambarawa yang dikirim ke penjual juz deket kosnya epi. Honestly, Inilah ungkapan hatiku yang paling dalam. Sedalam cintaku kepada kalian. Karena kosanku sudah tutup. Karena besok mau UTS juga. Jadi saya akhiri surat ini. Wabillahi taufik walhidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
SEKIAN...
Ur beloved sister
Upit (gak pakek E sekarang)